Kasus HIV/AIDS di remaja Madiun mengalami peningkatan tajam, terutama akibat perilaku pergaulan bebas dan LGBT. Artikel ini akan mengulas penyebab utama, kelompok usia rentan, dan langkah-langkah pencegahan yang diambil untuk menekan angka penularan.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Madiun mencatat adanya 59 kasus baru HIV/AIDS yang terdeteksi sejak Januari hingga Mei 2025. Sebagian besar pasien juga dilaporkan mengidap penyakit menular seksual (PMS) lain, seperti sifilis atau raja singa.
Koordinator Pencegahan Penyakit Menular Dinkes Madiun, Agung Dodik Pujianto, menjelaskan bahwa infeksi HIV kerap terdeteksi setelah pasien lebih dulu mengidap penyakit kelamin lainnya.
“Seringkali, HIV bermula dari infeksi sifilis. Hal ini serupa dengan hasil temuan razia beberapa waktu lalu di kawasan Caruban,” ungkapnya pada Jumat (30/5/2025), dikutip dari laman Memorandum. Pernyataan tersebut mengindikasikan adanya korelasi antara penyakit kelamin lain dengan penularan HIV.
Agung menambahkan bahwa praktik prostitusi ilegal dan perilaku seks bebas menjadi faktor dominan penyebab penyebaran virus HIV di kalangan masyarakat, terutama remaja.
Agung juga menambahkan bahwa kecenderungan infeksi ganda yakni kombinasi antara HIV dan PMS lain menunjukkan lemahnya pemahaman masyarakat mengenai seks aman dan rendahnya kesadaran untuk melakukan pemeriksaan dini.
1.435 ODHA, 673 Meninggal
Menurut data dari Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Daerah (KPAD) Kabupaten Madiun hingga Mei 2025, total orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tercatat mencapai 1.435 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.141 orang didiagnosis HIV, sementara 294 orang telah memasuki fase AIDS.
Dari total kasus yang tercatat, sebanyak 762 orang masih menjalani pengobatan dan pendampingan, sementara 673 orang dilaporkan telah meninggal dunia.
Pengelola Program dan Keuangan KPAD Kabupaten Madiun, Lenny Dwi Ambarsari, menjelaskan bahwa kasus HIV/AIDS terbanyak terjadi pada kelompok usia produktif.
“Kelompok usia 31–45 tahun mendominasi dengan 42,2 persen atau sekitar 608 kasus,” jelas Lenny. Kelompok usia 41–60 tahun menempati posisi kedua dengan menyumbang 32,3 persen dari total kasus.
Remaja Rentan, Tren LGBT Kasus HIV/AIDS di Remaja Madiun Menguat
Kekhawatiran semakin besar karena kasus HIV/AIDS juga mengalami lonjakan signifikan di kalangan remaja dan dewasa muda, terutama pada kelompok usia 16–30 tahun.
Tercatat, sebanyak 22,6 persen dari total kasus, atau sekitar 324 orang, berasal dari kelompok usia ini, termasuk pelajar dan mahasiswa.
Menurut Lenny, penyebab utama penularan HIV/AIDS di kelompok usia muda adalah praktik pergaulan bebas, prostitusi, serta meningkatnya perilaku Lelaki Suka Lelaki (LSL), yang termasuk dalam spektrum hubungan sesama jenis (LGBT).
“Remaja dan dewasa muda sangat rentan tertular karena banyak di antara mereka yang melakukan hubungan seksual tanpa proteksi dan sering berganti-ganti pasangan,” ungkapnya dalam wawancara yang dikutip dari Radar Madiun.
Di sisi lain, kasus HIV/AIDS pada anak-anak usia 0–15 tahun menyumbang sekitar 2,6 persen dari total kasus, dengan sebagian besar penularan terjadi dari orang tua yang telah terlebih dahulu terinfeksi.
Baca Juga : 5 Ucapan yang Sebaiknya Tidak Diucapkan Suami kepada Istri Soal Keuangan Keluarga
Tantangan Pencegahan
Lonjakan kasus HIV/AIDS di Madiun menandakan adanya tantangan serius dalam upaya pencegahan penyakit menular seksual. Selain faktor perilaku, Lenny menekankan bahwa kurangnya edukasi seksual yang komprehensif di lingkungan sekolah maupun masyarakat juga menjadi penyebab utama.
“Selama ini, seks masih dianggap sebagai topik tabu untuk dibicarakan secara terbuka, padahal informasi yang benar adalah kunci utama dalam pencegahan,” jelasnya.
Pemerintah Kabupaten Madiun melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Daerah (KPAD) telah melakukan berbagai upaya, seperti skrining berkala, edukasi, dan layanan pengobatan bagi penderita.
Namun, tantangan terbesarnya adalah mengubah pola pikir masyarakat terkait HIV/AIDS serta menghapus stigma terhadap para ODHA.
“Kami terus mendorong remaja untuk melakukan pemeriksaan sukarela (VCT) dan memberikan edukasi tentang pentingnya penggunaan kondom dalam hubungan seksual berisiko,” tambah Agung.
Ajakan untuk Waspada
Peningkatan kasus HIV/AIDS di Madiun menjadi peringatan serius bagi semua pihak—baik keluarga, lembaga pendidikan, maupun aparat pemerintah—untuk lebih aktif dalam melakukan pencegahan dan pendampingan.
“Masyarakat harus memahami bahwa HIV bukan lagi penyakit yang hanya menyerang kelompok tertentu. Penyakit ini bisa menjangkau siapa saja, tanpa memandang usia, status sosial, maupun orientasi,” tegas Lenny.
Melalui pendekatan yang menyeluruh, mencakup edukasi, pemeriksaan dini, dan penghapusan stigma sosial, diharapkan penyebaran kasus HIV/AIDS di Kabupaten Madiun dapat ditekan. Generasi muda pun terlindungi dari ancaman penyakit yang mematikan ini.