Home Kehidupan Muslim Siapa Ulil Amri? Memahami Makna dan Kewajiban Menaati Mereka

Siapa Ulil Amri? Memahami Makna dan Kewajiban Menaati Mereka

by admin
0 comments

Makna siapa Ulil Amri dan ketaatan dalam Islam menjadi pembahasan penting yang harus dipahami oleh setiap Muslim. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri pengertian ulil amri, dalil ketaatan, serta penafsiran ulama dari berbagai riwayat dan tafsir Al-Quran.

Allah SWT  menyebutkan dalam Qur’an surat An-Nisa ayat 59 agar menaati Ulil Amri.

Siapa sebenarnya Ulil Amri dalam Al-Qur’an?

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ *وَأُولِي الْأَمْرِ* مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisa: 59)

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai firman Allah:
“Taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya) serta ulil amri di antara kamu.”
Ayat ini diturunkan berkaitan dengan Abdullah bin Hudzafah bin Qais bin Adi, yang saat itu diutus oleh Rasulullah ﷺ sebagai pemimpin dalam sebuah pasukan khusus. Riwayat ini juga disebutkan oleh hampir seluruh perawi hadits, kecuali Ibnu Majah.

Sementara itu, Abu Dawud meriwayatkan dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
“Mendengar dan taat adalah kewajiban seorang muslim, baik dalam keadaan suka maupun tidak suka, selama tidak diperintahkan untuk berbuat maksiat. Namun jika diperintahkan untuk maksiat, maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat.”
(Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Yahya al-Qaththan).

Baca Juga  Apa Saja Makanan yang Tidak Aman untuk Bayi? Simak Penjelasannya

Selain itu, dari Ubadah bin ash-Shamit, diriwayatkan bahwa beliau berkata:
“Kami berbaiat kepada Rasulullah ﷺ untuk mendengar dan taat, baik dalam keadaan suka maupun tidak suka, dalam kesulitan maupun kemudahan, bahkan ketika diri kami harus dikorbankan. Dan beliau bersabda: Kecuali kalian melihat kekafiran yang jelas dan kalian memiliki bukti nyata dari Allah.”
(Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits lain yang diriwayatkan dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Dengarkanlah dan taatilah oleh kalian! Sekalipun yang menjadi penguasa kalian adalah seorang budak Habasyah (Ethiopia) yang kepalanya seakan-akan kismis.”
(HR. Al-Bukhari)

Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa makna ulil amri minkum (“dan Ulil Amri di antara kamu”) adalah para ahli fiqih dan ahli agama. Hal ini sejalan dengan pendapat Mujahid, Atha’, al-Hasan al-Bashri, dan Abut Aliyah, yang juga menyebutkan bahwa ulil amri adalah ulama.

Namun yang lebih jelas — wallahu a’lam — adalah bahwa ulil amri mencakup semua pihak yang memegang urusan, baik para pemimpin (umara) maupun para ulama, sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya.

Dalam sebuah hadits shahih yang disepakati kebenarannya, diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa yang taat kepadaku, maka ia telah taat kepada Allah. Dan barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, maka ia telah bermaksiat kepada Allah. Barangsiapa yang taat kepada amirku, maka ia telah taat kepadaku. Dan barangsiapa yang bermaksiat kepada amirku, maka ia telah bermaksiat kepadaku.”

Hadits ini menegaskan perintah untuk menaati ulama dan umara. Dalam ayat yang berkaitan, Allah berfirman: “Athii’ullaha” (Taatlah kepada Allah), yaitu dengan mengikuti Kitab-Nya. Lalu disebutkan “wa athii’ur rasuula” (dan taatlah kepada Rasul), yaitu dengan berpegang pada Sunnah beliau. Serta “wa ulil amri minkum” (dan ulil amri di antara kalian), yakni mereka yang memerintahkan dalam rangka menaati Allah, bukan dalam perbuatan maksiat.

Baca Juga  Mengapa Kita Harus Terus Memperbaiki Shalat? Ini 4 Alasannya Menurut Islam

Karena sejatinya, ketaatan hanya berlaku dalam hal yang baik dan benar. Seperti yang disebutkan dalam hadits shahih:
“Ketaatan itu hanya dalam hal yang ma’ruf (baik dan benar).”
(Tafsir Ibnu Katsir QS. An-Nisa: 59)

Pengertian & Siapa Ulil Amri

Secara bahasa, Ulil Amri berarti orang-orang yang memegang urusan manusia. Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir, setelah mengutip sejumlah hadits mengenai makna ulil amri, menyimpulkan bahwa secara zhahir, ulil amri adalah para ulama. Namun secara umum, ulil amri mencakup dua golongan: umara (pemimpin) dan ulama.
(Tafsir al-Quran al-Azhim, juz 1, h. 518)

Ada dua golongan yang disebut sebagai ulil amri:
– Mereka yang mengatur urusan agama, yaitu para ulama.
– Mereka yang mengatur urusan dunia, yaitu umara atau pemerintah.

Baca Juga : Pelanggaran Perjanjian oleh Kaum Yahudi di Madinah: Fakta Sejarah yang Terlupakan

Ketaatan kepada Ulil Amri

Ketaatan kepada ulil amri tidak bersifat mutlak. Mengapa demikian? Karena dalam firman-Nya, Allah memerintahkan ketaatan kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya dengan kata أَطِيعُوا (athii’u – taatlah). Namun, untuk ulil amri, Allah tidak menggunakan kata perintah yang sama.

Artinya, ketaatan kepada ulil amri hanya berlaku selama perintah mereka tidak bertentangan dengan syariat Islam. Jika perintah tersebut melanggar ajaran agama, maka tidak ada kewajiban untuk taat.

Jenis-Jenis Ketaatan

Ketaatan dalam Islam dapat dibagi menjadi dua:

1. Ketaatan Mutlak
Ketaatan yang ditujukan hanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan ini bersifat mutlak karena Allah dan Rasul-Nya tidak akan memerintahkan sesuatu kecuali yang baik dan benar.

2. Ketaatan Bersyarat
Ketaatan yang diberikan kepada ulil amri, baik yang dimaknai sebagai umara (pemimpin) maupun ulama. Ketaatan ini hanya berlaku selama perintah mereka tidak bertentangan dengan syariat Islam.

Baca Juga  5 Ucapan yang Sebaiknya Tidak Diucapkan Suami kepada Istri Soal Keuangan Keluarga

Imam al-Mawardi, seorang ulama besar mazhab Syafi’i yang hidup pada masa Kekhilafahan Abbasiyah, dalam kitab tafsirnya (Tafsir al-Mawardi, jilid 1, h. 499-500) menjelaskan bahwa ulil amri memiliki empat makna:

1. Umara (Pemimpin)
Umara atau pemimpin di sini merujuk pada pemimpin dalam urusan keduniaan. Pandangan ini didasarkan pada pendapat Ibnu Abbas, as-Sudy, Abu Hurairah, dan Ibnu Zaid, yang menafsirkan ayat berdasarkan asbabun nuzul (sebab turunnya ayat).

2. Ulama dan Fuqaha
Sebagian ulama, seperti Jabir bin Abdullah, al-Hasan, Atha, dan Abu al-Aliyah, menafsirkan ulil amri sebagai para ulama dan fuqaha, yakni orang-orang yang memahami agama secara mendalam dan menjadi rujukan dalam masalah hukum.

3. Sahabat Rasulullah
Ada juga yang memahami bahwa ulil amri secara khusus dinisbatkan kepada sahabat-sahabat Rasulullah ﷺ, yang dikenal sebagai generasi terbaik umat.

4. Dua Sahabat Terdekat Rasulullah ﷺ
Sebagian lagi menafsirkan ulil amri sebagai dua sahabat terdekat Rasulullah ﷺ, yaitu Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab.

You may also like

Leave a Comment