Home News Meningkatnya Populasi Muslim di Eropa: Potret Komunitas Islam di Kosovo

Meningkatnya Populasi Muslim di Eropa: Potret Komunitas Islam di Kosovo

Islam berkembang pesat di Eropa melalui pertumbuhan populasi, dan keterlibatan generasi muda Muslim

by admin
0 comments

Meningkatnya populasi Muslim di Eropa kini menjadi sorotan global, seiring dengan berkembangnya jumlah pemeluk Islam di berbagai kawasan. Kosovo, sebagai salah satu contohnya, menampilkan potret kehidupan Muslim yang harmonis dan penuh toleransi.

Fenomena pertumbuhan populasi Muslim di Eropa terus menjadi sorotan global. Salah satu contohnya yang menarik perhatian datang dari Albania dan Kosovo, dua negara kecil di kawasan Balkan yang kini dikenal sebagai negara mayoritas Muslim di Eropa.

Konten kreator Muslim asal Australia, Lily Jay, baru-baru ini membagikan pengalamannya saat berkunjung ke Kosovo dan Albania melalui akun media sosialnya.

Dalam kunjungannya, Lily Jay mengungkapkan kekagumannya terhadap kehidupan Muslim di Albania.
“Saya benar-benar kagum melihat betapa indahnya negara ini. Masjid berdiri megah di berbagai penjuru, masyarakatnya sangat ramah, dan budaya Islam terasa begitu kental,” kata Jay dalam unggahannya.

Lily Jay juga mencatat bahwa meskipun Albania memiliki mayoritas penduduk Muslim, toleransi beragama tetap dijunjung tinggi.
“Di sini ada katedral besar bernama Mother Theresa Square, dan sangat indah melihat bagaimana negara Muslim ini tetap inklusif terhadap pemeluk agama lain,” tambahnya.

Meningkatnya Populasi Muslim di Eropa

Berdasarkan data terbaru (2024), sekitar 56–59% penduduk Albania mengidentifikasi diri sebagai Muslim, menjadikannya salah satu negara dengan populasi Muslim terbesar di Eropa secara persentase, setelah Kosovo.

Total populasi Albania diperkirakan sekitar 2,8 juta jiwa (World Bank, 2023), dengan jumlah Muslim mencapai 1,57–1,65 juta orang (menurut CIA World Factbook dan Pew Research Center). Mayoritas penganutnya adalah Sunni Mazhab Hanafi, dengan minoritas Bektashi (Sufi) yang unik, mencakup sekitar 20% dari populasi Muslim Albania.

Dalam video yang telah ditonton jutaan kali, travel vlogger sekaligus konten kreator yang dikenal dengan video perjalanannya—terutama seputar kehidupan Muslim di berbagai negara—menyoroti kuatnya kehidupan beragama di Kosovo serta keberagaman budaya yang hidup berdampingan secara harmonis.

“Saya benar-benar kagum melihat betapa indahnya negara ini. Masjid berdiri megah di banyak tempat dan masyarakatnya sangat ramah,” ujar Lily dalam videonya.

Baca Juga  Kasus HIV/AIDS di Remaja Madiun Meningkat Drastis, Dipicu Pergaulan Bebas dan LGBT

“Setiap sudut kota terasa seperti harta karun — kafe-kafe yang nyaman, bangunan yang menawan, dan budaya yang hidup dan menyatu,” tambahnya.

Dalam kunjungannya, Lily juga menyaksikan langsung perkembangan di Kosovo, negara dengan sejarah panjang terkait Islam. Berdasarkan data terbaru, populasi Muslim di Kosovo diperkirakan mencapai 1,71–1,73 juta jiwa (95,6% menurut CIA World Factbook, 2023), menjadikannya salah satu negara dengan persentase Muslim tertinggi di Eropa.

Mayoritas masyarakat Kosovo menganut Islam Sunni dengan tradisi Hanafi, sementara sebagian kecil mengikuti Tarekat Bektashi dan ada pula komunitas non-Muslim (Katolik, Ortodoks) yang tetap hidup berdampingan.

Jejak Kekhalifahan Utsmani (Ottoman) selama berabad-abad membentuk identitas keagamaan dan budaya masyarakat Kosovo hingga kini. Di ibu kota Pristina, bangunan-bangunan modern berdiri berdampingan dengan masjid-masjid bersejarah yang masih aktif digunakan.

Dalam salah satu kunjungannya, Lily memperlihatkan suasana salat Jumat di salah satu masjid utama Kosovo. Ia menggambarkan betapa penuhnya masjid tersebut, hingga jamaah meluber ke jalanan.
“Luar biasa melihat kekuatan komunitas Islam di sini dan dedikasi mereka kepada Tuhan,” ungkapnya.

Baca Juga: Arab Saudi Mengusir 205.000 Peziarah Tanpa Izin Haji dari Makkah – Pengusiran Peziarah Tanpa Izin Haji di Makkah

Namun, Kosovo juga memperlihatkan sisi inklusifnya. Meskipun Islam mendominasi, simbol-simbol agama lain tetap dihormati dan dijaga. Lily menyoroti kehadiran Katedral Ibu Teresa yang berdiri megah di pusat kota sebagai bukti nyata toleransi di negara ini.
“Indah sekali melihat negara Muslim yang tetap terbuka dengan keyakinan lain,” katanya.

Selama kunjungannya, Lily juga mengunjungi toko hijab, berbincang hangat dengan perempuan-perempuan lokal, bahkan sempat belajar sedikit bahasa Albania. Ia membagikan momen spiritual yang mengesankan ketika melihat seorang anak kecil tertidur sambil mendengarkan lantunan Al-Qur’an.
“Kalian tidak mengerti betapa beruntungnya kalian,” ucap Lily dengan penuh refleksi, menggambarkan pengalaman religius yang menyentuh hatinya.

Salah satu momen yang paling mengharukan adalah ketika seorang perempuan lokal mendatangi Lily dan meminta makanan.
“Ketika Tuhan memberimu kesempatan untuk berbagi, kamu harus mengambilnya. Saya merasa sangat beruntung bisa membantu,” ungkap Lily.

Baca Juga  Bahaya Cicak di Rumah: 5 Penyakit yang Mengintai Tanpa Disadari

Selain memperlihatkan sisi spiritual dan sosial kehidupan Muslim, Lily juga mengeksplorasi berbagai destinasi wisata dan situs sejarah di Kosovo. Ia mengunjungi makam Sultan Murad I, pemimpin ketiga Kekhalifahan Utsmani yang gugur dalam Pertempuran Kosovo tahun 1389. Kunjungan ini menjadi pengingat akan sejarah panjang Islam di kawasan Eropa Tenggara.

Seorang warga lokal bernama Sherifetin bahkan mengajak Lily dan timnya berkeliling ke berbagai tempat ikonik di Kosovo, termasuk Germia Park, taman nasional yang terkenal dengan keindahan alamnya dan jalur hiking yang memukau.
“Kami sangat bangga menunjukkan siapa kami dan bagaimana Islam hidup di sini,” ujar Sherifetin dengan antusias.

Fenomena yang digambarkan oleh Lily Jay menunjukkan bahwa Islam bukan hanya berkembang pesat di Eropa, tetapi juga telah meresap ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya.

Damai dan Terbuka

Kosovo menjadi contoh nyata bagaimana identitas Islam dapat menyatu harmonis dengan tradisi lokal, modernitas, dan keterbukaan terhadap perbedaan.

Menurut Dr. Ahmet Yilmaz, pakar demografi Islam di Eropa dari Universitas Wina, pertumbuhan populasi Muslim di Eropa dipengaruhi oleh beberapa faktor: pertama, tingkat kelahiran yang lebih tinggi di keluarga Muslim dibandingkan dengan populasi Eropa asli; kedua, migrasi dari negara-negara mayoritas Muslim seperti Timur Tengah dan Afrika Utara; dan ketiga, maraknya mualaf meskipun dalam jumlah yang lebih kecil.
“Albania dan Kosovo adalah contoh unik karena Islam telah mengakar sejak era Utsmani. Sementara di Eropa Barat, pertumbuhan Muslim lebih banyak dipengaruhi oleh migrasi,” jelas Yilmaz.

Sementara itu, menurut Dr. Enes Karic, profesor studi Islam dari University of Sarajevo, “Apa yang kita lihat di Kosovo adalah bentuk Islam Eropa yang damai dan terbuka, diwarisi dari tradisi Utsmani, namun tumbuh dalam konteks demokrasi modern.”

Perjalanan Lily Jay di Albania dan Kosovo menunjukkan bahwa narasi tentang Islam di Eropa bukan hanya soal politik, imigrasi, atau konflik. Di balik headline, ada kehidupan nyata yang penuh warna, spiritualitas, dan harmoni antarumat beragama.

Baca Juga  Sindiran Said Didu: Pergerakan Serius Geng Solo dan Oligarki

“Setiap hari saya melihat dampak nyata dari apa yang saya lakukan. Itu memberi saya motivasi besar untuk terus berbagi,” tutup Lily dengan penuh semangat.

Bukan Sekadar Masalah Demografi

Menurut Dr. Gilles Kepel, pakar politik Islam sekaligus profesor di Sciences Po, Prancis, perkembangan populasi Muslim di Eropa bukan hanya soal angka demografis, melainkan juga terkait erat dengan perubahan politik, sosial, dan integrasi agama dalam ruang publik.

Dalam wawancara dan karyanya, seperti buku La Fracture (2016), Kepel menjelaskan bahwa,
“Islam di Eropa saat ini tidak hanya dibentuk oleh imigrasi, tetapi juga oleh cara generasi kedua dan ketiga Muslim mendefinisikan identitas mereka dalam masyarakat sekuler.”

Sementara itu, Dr. Jonathan Laurence, penulis buku The Emancipation of Europe’s Muslim: The State’s Role in Minority Integration (2012) dan profesor di Boston College, memandang pertumbuhan populasi Muslim di Eropa sebagai bagian dari transformasi menuju masyarakat pluralistik modern.
“Pemerintahan di Eropa telah beralih dari mengabaikan Islam menjadi membangun institusi yang mendukung integrasi Islam. Tantangannya bukan pada pertumbuhan Islam itu sendiri, tetapi pada bagaimana memastikan inklusi Islam dalam demokrasi,” ungkap Laurence.

Dengan suasana keagamaan yang semarak, budaya Islam yang hidup, dan tingkat toleransi yang tinggi, Albania dan Kosovo menjadi contoh nyata perkembangan Islam yang harmonis di Eropa.

Sementara itu, negara-negara di Eropa Barat terus beradaptasi dengan perubahan demografis ini, menciptakan dinamika sosial baru yang membentuk wajah benua Eropa di masa depan.

You may also like

Leave a Comment