Home Inspirasi dan Kisah Islami Apa Saja Sunnah dalam Wudhu? Ini Penjelasan Lengkapnya

Apa Saja Sunnah dalam Wudhu? Ini Penjelasan Lengkapnya

by admin
0 comments

Sunnah dalam wudhu adalah bagian penting dari ibadah yang diajarkan Rasulullah ﷺ. Wudhu tidak hanya menjadi syarat sah shalat, tetapi juga bentuk penyucian diri secara fisik dan spiritual. Saat seorang Muslim berwudhu, ia membersihkan anggota tubuh dari kotoran sekaligus menghapus dosa-dosa kecil yang menempel.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Apabila seorang Muslim atau mukmin berwudhu, lalu membasuh wajahnya, keluarlah dari wajahnya setiap dosa yang dilihat oleh matanya bersama air wudhu…”
(HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan betapa besar keutamaan wudhu, bahkan sebelum kita berdiri untuk shalat. Ia adalah bentuk kesiapan lahir dan batin untuk berjumpa dengan Allah.

Lebih dari itu, menjaga wudhu adalah tanda cinta Allah kepada hamba-Nya. Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa Allah mencintai orang-orang yang senantiasa menjaga kesucian. Bahkan kelak di hari kiamat, umat Nabi Muhammad ﷺ akan dikenali dari bekas wudhu mereka — cahaya yang bersinar terang dari wajah dan anggota tubuh yang dibasuh.

Menjaga wudhu adalah bagian dari identitas keimanan. Ia bukan sekadar kebiasaan ibadah, tetapi juga simbol kedekatan seorang hamba kepada Rabb-nya, baik di dunia maupun di akhirat.

Sunnah-Sunnah dalam Wudhu yang Dianjurkan Nabi ﷺ

Selain rukun dan syarat sah, wudhu juga memiliki sejumlah sunnah yang jika diamalkan akan menambah kesempurnaan ibadah. Meskipun tidak wajib, mengamalkan sunnah wudhu menunjukkan kecintaan dan kesungguhan seorang Muslim dalam meneladani Rasulullah ﷺ.

Berikut adalah beberapa sunnah wudhu yang diajarkan dalam hadits-hadits Nabi:


1. Bersiwak Sebelum Wudhu

Bersiwak atau membersihkan gigi dengan kayu siwak merupakan sunnah yang sangat dianjurkan, termasuk sebelum wudhu. Amalan ini disebutkan dalam pembahasan Sunan Al-Fitrah, dan Rasulullah ﷺ sangat menganjurkannya untuk menjaga kebersihan mulut, terutama sebelum ibadah.

2. Mengucapkan Basmalah Saat Memulai Wudhu

Membaca bismillah saat hendak berwudhu merupakan sunnah menurut sebagian ulama. Meskipun terdapat perbedaan pendapat mengenai kekuatan hadits-hadits yang berkaitan dengannya, banyak ulama tetap menganjurkannya sebagai bagian dari adab memulai ibadah.

Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

“Tidak sah wudhu orang yang tidak menyebut nama Allah ketika berwudhu.”
(HR. Ahmad, dengan status hadits yang diperselisihkan para ulama)

Mayoritas sahabat Nabi yang meriwayatkan tata cara wudhu pun tidak mencantumkan tasmiyah sebagai rukun, namun menyebutkannya sebagai anjuran yang baik. Mazhab Syafi’i, Maliki, dan sebagian riwayat dari Imam Ahmad menyatakan tasmiyah bukanlah syarat sah, namun tetap dianjurkan.

Baca Juga  5 Strategi Melawan Penjajahan Israel Menurut Al-Qur’an

3. Mencuci Kedua Telapak Tangan Sebelum Memulai Wudhu

Sunnah lainnya adalah membasuh kedua telapak tangan sebanyak tiga kali sebelum memulai rangkaian wudhu. Hal ini didasarkan pada riwayat dari Utsman bin Affan RA yang menjelaskan sifat wudhu Rasulullah ﷺ:

“Kemudian beliau menuangkan air ke telapak tangannya tiga kali dan membasuhnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

4. Berkumur dan Istinsyaq (Menghirup Air ke Hidung)

Sunnah berikutnya adalah berkumur dan memasukkan air ke dalam hidung (istinsyaq). Nabi ﷺ melakukannya dari satu tangan, sebanyak tiga kali. Ini dijelaskan dalam hadits dari Abdullah bin Zaid RA:

“Beliau berkumur-kumur dan istinsyaq dari satu telapak tangan, dan beliau mengulanginya sebanyak tiga kali.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Amalan ini menunjukkan perhatian Islam terhadap kesucian anggota tubuh secara detail, bahkan sampai ke mulut dan hidung.

5. Menyempurnakan Istinsyaq (Kecuali Saat Puasa)

Salah satu sunnah yang dianjurkan saat wudhu adalah menyempurnakan istinsyaq, yaitu menghirup air ke dalam hidung hingga ke bagian dalam. Hal ini berdasarkan hadits dari Luqayt bin Shabrah, di mana Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sempurnakanlah dalam memasukkan air ke dalam hidung, kecuali engkau dalam keadaan berpuasa.”
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi – dinilai hasan)

Dengan kata lain, saat tidak sedang berpuasa, sangat dianjurkan memperdalam istinsyaq untuk menyempurnakan kesucian. Namun, jika sedang berpuasa, cukup dilakukan secara ringan agar tidak membatalkan puasa.

6. Mendahulukan yang Kanan

Rasulullah ﷺ dikenal selalu mendahulukan bagian kanan dalam berbagai urusan baik, termasuk saat berwudhu. Dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas, disebutkan bahwa Nabi mencuci tangan kanan terlebih dahulu, lalu tangan kiri, dan demikian pula dengan kaki.

Aisyah RA juga berkata:

“Rasulullah ﷺ menyukai mendahulukan yang kanan dalam segala hal: saat bersuci, bersisir, memakai sandal, dan dalam seluruh urusannya.”
(HR. Bukhari & Muslim)

Kebiasaan ini mencerminkan adab dan keteladanan dalam menjaga kebersihan dan kesopanan sesuai dengan tuntunan Nabi.

7. Membasuh Anggota Wudhu Sebanyak Tiga Kali

Membasuh anggota wudhu sebanyak tiga kali adalah sunnah yang menunjukkan kesempurnaan wudhu. Hal ini disebutkan dalam banyak riwayat, seperti dari Utsman bin Affan dan Abdullah bin Zaid, bahwa Nabi ﷺ membasuh masing-masing anggota wudhunya tiga kali.

Baca Juga  Perbedaan Shalat Jamak dan Qashar: Panduan Lengkap untuk Muslim

Namun, ada beberapa catatan penting terkait hal ini:

a. Mengusap Kepala Cukup Sekali

Berbeda dengan anggota tubuh lain, mengusap kepala cukup dilakukan sekali saja. Riwayat tentang pengulangan tiga kali pada bagian kepala dianggap tidak kuat, atau hanya mencerminkan gerakan menyapu ke depan dan ke belakang, bukan tiga kali mengambil air.

Pendapat ini dianut oleh mayoritas ulama seperti Abu Hanifah, Malik, dan satu riwayat shahih dari Ahmad. Mengusap lebih dari sekali tanpa kebutuhan dianggap tidak sesuai dengan sunnah.

b. Dimakruhkan Melebihi Tiga Kali

Meskipun menyempurnakan wudhu dianjurkan, membasuh lebih dari tiga kali justru dimakruhkan, bahkan disebut sebagai perbuatan berlebihan. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Inilah wudhu. Barang siapa menambahinya, maka ia telah berbuat buruk, melampaui batas, dan dzalim.”
(HR. Ahmad, Abu Dawud, dan lainnya)

Kelebihan ini tidak termasuk dalam kategori menyempurnakan, tetapi dianggap melampaui apa yang disyariatkan. Maka, cukupkan dengan tiga kali jika sudah bersih, dan hindari sikap berlebihan.

8. Menyela-Nyela Jenggot yang Lebat

Bagi yang memiliki jenggot tebal dan menutupi kulit wajah, disunnahkan untuk menyela-nyelanya dengan air saat wudhu. Hal ini berdasarkan hadits dari Anas RA:

“Ketika Rasulullah ﷺ berwudhu, beliau mengambil setelapak air lalu membasuhnya di bawah dagu dan menyela-nyela jenggotnya, lalu bersabda: ‘Demikianlah Rabb-ku memerintahkan kepadaku.’”
(HR. Abu Dawud)

Penyelaan ini menunjukkan kesempurnaan dalam membersihkan anggota wudhu.

9. Menggosok Anggota Wudhu

Rasulullah ﷺ juga menggosok anggota tubuh saat membasuhnya. Ini ditunjukkan dalam hadits Abdullah bin Zaid:

“Aku melihat Nabi berwudhu, lalu beliau menggosok lengannya.”

Meski membasuh sudah cukup, menggosok menandakan kehati-hatian dalam menjaga kebersihan.

10. Menyela-Nyela Jari Tangan dan Kaki

Sunnah selanjutnya adalah menyela jari-jari tangan dan kaki agar air merata. Nabi ﷺ bersabda:

“Sempurnakanlah wudhu, sela-selalah jari-jari, dan bersungguh-sungguhlah dalam istinsyaq kecuali saat berpuasa.”
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi)

Jika sela-sela jari tidak terkena air tanpa disela, maka menyela menjadi wajib.

Baca Juga : Kapan Waktu Rasulullah Membaca Al-Ikhlas dan Al-Kafirun Saat Shalat

11. Memanjangkan Basuhan Anggota Wudhu

Disebut dengan ithalatul ghurah (wajah) dan ithalatul tahjil (tangan dan kaki), menambah basuhan melebihi batas minimal wudhu merupakan sunnah yang menunjukkan semangat memperbanyak cahaya di hari kiamat.

Baca Juga  7 Tips agar Istri Sahabat Suami Sejati dan Pendamping Seumur Hidup

Nabi ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya umatku akan datang pada hari kiamat dalam keadaan wajah dan anggota tubuh bersinar karena bekas wudhu.”
(HR. Bukhari & Muslim)

Abu Hurairah bahkan membasuh tangannya hingga lengan dan kakinya hingga betis sebagai bentuk mengikuti sunnah ini.

12. Hemat dalam Menggunakan Air

Meskipun dianjurkan menyempurnakan wudhu, boros air tidak disyariatkan. Nabi ﷺ berwudhu hanya dengan satu mud air (± setengah liter) sebagaimana riwayat Anas RA.

Kita dianjurkan mengikuti teladan ini, terutama dalam konteks kesadaran lingkungan dan efisiensi dalam ibadah.

13. Berdoa Setelah Wudhu

Setelah selesai berwudhu, disunnahkan membaca:

“Aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.”
(HR. Muslim)

Fadhilahnya sangat besar, yakni dibukakan delapan pintu surga, dan seseorang boleh masuk dari pintu mana saja.

Riwayat lain menyebutkan tambahan doa:

“Subhanakallahumma wa bihamdik, asyhadu an laa ilaaha illa Anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik.”

14. Shalat Setelah Berwudhu

Jika memungkinkan, shalat dua rakaat setelah wudhu sangat dianjurkan. Nabi ﷺ bersabda:

“Barang siapa berwudhu seperti wudhuku ini, lalu shalat dua rakaat tanpa lalai, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
(HR. Bukhari & Muslim)

Bilal RA juga rutin melaksanakan shalat setiap kali berwudhu, dan Nabi menyebutkan bahwa beliau mendengar suara sandal Bilal di surga karena amalan tersebut.

15. Menyeka Air Setelah Wudhu

Menyeka sisa air wudhu dengan handuk atau kain dibolehkan, meski Nabi ﷺ terkadang menolak untuk melakukannya. Tidak ada larangan tegas mengenai hal ini.

Imam At-Tirmidzi menyatakan:

“Diperbolehkan memakai handuk setelah wudhu. Ini adalah pendapat sebagian sahabat Nabi dan ulama sesudah mereka.”

Namun, tetap disarankan menjaga niat agar tidak jatuh pada sikap berlebihan atau menyia-nyiakan keutamaan air wudhu.

You may also like

Leave a Comment